Bagaimana cara membedakan butanol dengan dietil eter di laboratorium

Bagaimana cara membedakan butanol dengan dietil eter di laboratorium

Bagaimana cara membedakan butanol dengan dietil eter di laboratorium – Dalam laboratorium kimia, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membedakan antara dua senyawa organik, seperti butanol dan dietil eter. Baik butanol maupun dietil eter merupakan senyawa yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi industri dan laboratorium. Berikut ini adalah tutorial cara untuk membedakan keduanya di laboratorium yang telah Indostalk rangkum!

1. Pemeriksaan sifat fisik

Salah satu cara paling sederhana untuk membedakan butanol dan dietil eter adalah melalui pemeriksaan sifat fisik keduanya. Butanol (C₄H₉OH) adalah senyawa alkohol dengan gugus hidroksil, sedangkan dietil eter (C₄H₁₀O) adalah senyawa eter tanpa gugus hidroksil. Butanol adalah cairan berwarna bening dengan bau khas, sedangkan dietil eter adalah cairan yang lebih ringan, tidak berwarna, dan memiliki bau yang khas juga. Anda dapat membandingkan penampilan, warna, dan bau keduanya untuk membedakannya.

2. Uji reaksi dengan asam klorida

Salah satu cara lain untuk membedakan butanol dan dietil eter adalah dengan menggunakan uji reaksi dengan asam klorida (HCl). Butanol akan memberikan reaksi dengan asam klorida untuk membentuk butil klorida dengan melepaskan air. Reaksi ini dapat diamati dengan terbentuknya asap putih yang mengarah ke atas saat campuran direaksikan. Di sisi lain, dietil eter tidak bereaksi dengan asam klorida.

3. Uji reaksi dengan larutan kalium permanganat

Uji reaksi dengan larutan kalium permanganat (KMnO₄) juga dapat digunakan untuk membedakan butanol dan dietil eter. Ketika butanol direaksikan dengan kalium permanganat dalam suasana asam, larutan kalium permanganat akan berubah warna menjadi merah-biru atau ungu. Reaksi ini mengindikasikan adanya oksidasi butanol menjadi asam butanoat. Sementara itu, dietil eter tidak memberikan reaksi yang signifikan dengan kalium permanganat.

4. Analisis titik didih

Titik didih adalah suhu di mana suatu zat berubah dari fase cair menjadi fase gas pada tekanan atmosfer normal. Butanol memiliki titik didih yang jauh lebih tinggi daripada dietil eter. Titik didih butanol adalah sekitar 117 °C, sedangkan titik didih dietil eter adalah sekitar 34 °C. Dengan demikian, dengan melakukan analisis titik didih pada kedua senyawa, Anda dapat membedakan keduanya berdasarkan suhu yang diperlukan untuk menguapkan senyawa tersebut.

5. Spektroskopi inframerah (IR)

Metode analisis yang lebih canggih, seperti spektroskopi inframerah (IR), juga dapat digunakan untuk membedakan butanol dan dietil eter. Setiap senyawa organik memiliki pola serapan sinar inframerah yang khas karena ikatan atom-atom tertentu. Dalam spektroskopi IR, sinar inframerah melewati sampel senyawa dan serapan energi pada panjang gelombang tertentu dicatat. Pola serapan ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang sedang dianalisis.

Dalam kasus ini, analisis spektroskopi IR dapat membedakan antara butanol dan dietil eter berdasarkan pola serapan gugus fungsi yang dimiliki oleh masing-masing senyawa. Butanol akan menunjukkan serapan pada daerah sekitar 3300-3600 cm⁻¹, yang merupakan karakteristik dari gugus hidroksil (OH). Di sisi lain, dietil eter tidak akan menunjukkan serapan pada daerah tersebut.

Dengan menggunakan spektroskopi IR, Anda dapat mengukur spektrum inframerah dari masing-masing senyawa dan membandingkannya untuk membedakan butanol dari dietil eter berdasarkan serapan gugus hidroksil.

Dalam kesimpulan, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara butanol dan dietil eter di laboratorium. Pemeriksaan sifat fisik, uji reaksi dengan asam klorida dan larutan kalium permanganat, analisis titik didih, serta spektroskopi inframerah adalah beberapa metode yang dapat digunakan. Dengan menggunakan kombinasi metode-metode ini, Anda dapat membedakan dengan jelas antara butanol dan dietil eter, baik berdasarkan sifat fisik maupun karakteristik kimianya.

Cara Membedakan Butanol dengan Dietil Eter

Cara membedakan butanol dengan dietil eter adalah pada gugus fungsinya. butanol memiliki gugus fungsi alkohol (R-OH) sementara dietil eter memiliki gugus fungsi eter (R-O-R). butanol memiliki rumus kimia sebagai berikut: CH₃-CH₂-CH₂-CH₂-OH. sementara dietil eter memiliki rumus kimia seperti berikut: CH₃-CH₂-O-CH₂-CH₃.
pembahasan

Jenis-jenis gugus fungsi yaitu:

1. R—OH (alkohol atau alkanol)

Butanol termasuk ke dalam gugus alkohol karena mempunyai gugus fungsi —OH dalam rumus kimianya (C₄H₁₀O).

2. R—O—R (eter atau alkoksialkana)

Disebut alkosialkana karena penggabungan dari kata: Al , oksi, alkana. contoh CH₃—CH₂—O—CH₃ memiliki nama: metoksi etana atau metil etil eter.

alkohol dan eter saling berisomer dan memiliki rumus yang sama yaitu: CnH2n+2O.

3. R—CHO (aldehida atau alkanal)

Disebut alkanal karena mempunyai gugus mirip dengan alkohol dan asam karboksilat, ada OH dan COOH-nya. contoh: CH₃—CH₂—CHO (propanal)

4. R—CO—R (keton atau alkanon)

Gugus fungsi ini disebut keton karena mengandung atom karbon dan oksigen berjumlah satu. Karbon mewakili hurus Ke, dan oksigen mewaklili huruf ton dalam nama turunan alkana keton. contoh: CH₃—CO—CH₂—CH₃ (2-butanon).

aldehid dan keton saling berisomer dengan rumus CnH2nO.

5. R—COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat)

Asam karboksilat menggunakan nama depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani: alpha, beta, gamma, dan omega. Contoh: CH₃COOH (asam etanoat) atau asam cuka.

6. R—COOR (ester atau alkil alkanoat)

Disebut alkil alkanoat karena R mewakili alkil, dan COO mewakili alkanoat dalam gugus fungsinya. contoh: CH₃—COO—CH₃ (metil etanoat).

asam karboksilat dan ester saling berisomer dengan rumus CnH2nO2.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *